• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

  • ekahope

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

  • [SAYA INDONESIA]

    Menggalakkan gotong royong, rasa kepedulian serta menanamkan semangat Pancasila dalam kehidupan sehari - hari

  • Partai BERKARYA

    Saatnya BERKARYA, bukan bergaya

  • PARTAI BERKARYA (Nomor 7)

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 23 September 2019

Enak Zaman Pak Harto

(23/09/2019) Siang ini saya berada di rumah Umi saya di Sokasari - Desa Wage - Kecamatan Bumi Jawa - Kabupaten Tegal.
Kebetulan rumah Embah Turiyah (Adik Umi saya) tidak jauh, hanya berjarak 10 meter dari rumah Umi saya. Saya diajak makan siang di rumah beliau dengan menu yang sangat - sangat uenak. Beliau diusia hampir 70 tahun di rumah hanya seorang diri, setelah 2 tahun lalu suami beliau meninggal dunia. Sebenarnya beliau memiliki 8 orang anak namun  dua anaknya meninggal dunia, yang satu anaknya tinggal disebelah rumah dan yang lain merantau. Alhamdulillah semua anaknya sdh berkeluarga.
Usai menyantap makan siang, saya dan embah Turiyah ngobrol - ngobrol seru bagaikan seorang wartawan dan narasumbernya. Tapi narasumbernya ini bukan politisi dan bukan pengusaha apalagi penguasa.
Awalnya beliau cerita tentang nasi yang kita makan, katanya nasi yang kita makan adalah beras IR, dengan masa tanam yang relatif lebih cepat dibanding beras - beras lain. Rasa penasaran saya mulai muncul, mulailah saya bak seorang wartawan bertanya kepada beliau. Ya... lebih kurang lebih, beginilah obrolannya :

Saya : Embah bertani sehari - hari?
Embah Turiyah : Iya kalau lagi nanam.
Saya : Kalau tidak lagi nanam?
Embah Turiyah : Saya ngulang (ngajar) ngaji di TPQ, sudah 30 tahunan lebih saya ngulang.
Saya : Embah, maaf jadi guru ngaji itu digaji?
Embah Turiyah : Iya setahun Rp250.000,-.
Saya : Ooo... (Dalam hati kaget), Embah punya sawah? modal awalnya berapa embah? terus hasilnya dijual?
Embah Turiyah : Iya punya, sekitar setengah hektar, masa tanamnya 100 hari dengan hasil panen kurang lebih satu ton. Dengan modal hampir lima juta, Akhir - akhir ini saya sudah tidak jual lagi, karena nggak untung dan bisa rugi, jadi berasnya dibuat makan sendiri dan bagi - bagi ke anak dan keluarga aja. Harga beras yang masih ada kulitnya dari petani Rp4.000,-/kg, ongkos giling untuk jadi beras Rp500,-/kg, harga beras petani yang kualitas paling bagus kisaran Rp8.000,- hingga Rp9.000,-. Tapi sangat jarang petani yang bisa menjual beras karena modal awalnya dari hutang dan perjanjiannya dengan yang menghutangi hasil panen berupa beras yang masih berkulit itulah yang dibeli.

Sudah bisa ada gambaran kan, berapa keuntungan petani yang harus diperoleh selama 100 hari bekerja? secara garis besar saya lanjutkan ceritakan obrolannya ya.

Saya : Kalo dulu bagaimana embah?
Embah Turiyah : Kalau dulu jaman Pak Harto itu aman, padahal penerangan tidak ada. sekarang jalan ada, penerangan ada malah rawan. Dulu apa - apa murah tapi sekolah bayar, tapi bayarnya pun murah. Kalau sekarang sekolah gratis tapi apa - apa mahal. Dulu petani masih bisa nabung, sekarang balik modal saja susah.
Saya : Embah kalo listrik masuk sini kapan?
Embah Turiyah : Sekitar diatas tahun 2000an, dulu pakainya lampu minyak tanah.
Saya : Dulu beli minyak tanah susah?
Embah Turiyah : Dulu minyak tanah banyak, murah jadi nggak khawatir.
Saya : Sekarang jalannya sudah bagus ya embah di desa?
Embah Turiyah : Iya, kan setiap Lurah baru pasti diperbaiki, kan itu bikinnya borongan jadi kualitasnya cepet rusak. Jadinya setiap ganti lurah ya dibangun (mungkin maksudnya diperbaiki) lagi jalannya.

Ya itulah fakta dari data yang saya peroleh dari yang namanya rakyat biasa yang polos yang berhati bersih, bukan yang sudah berjiwa saling memberangus untuk mengejar dunia demi kepentingannya dengan mengabaikan nilai - nilai kebaikan.


#ekahope
#sayaindonesia
#politikkonyol
Share:

Informasi